Berbohong

1781 Kata

"Nanti akan saya jelaskan. Boleh saya bicara berdua sebentar dengan putra bapak?" Papa menoleh padaku, tatapannya meminta jawaban atas permintaan Dokter Fandi. Aku pun mengangguk. "Baiklah. Silakan, Dokter." Papa tersenyum ramah. "Papa tunggu di luar, ya." Aku mengangguk, membiarkan Papa pergi dengan raut wajah bingungnya. Sesaat sebelum pintu ditutup, ia sempat melihat kembali ke belakang. Wajar ia begitu karena belum tahu kalau Dokter Fandi ini suami baru Karin. "Terima kasih atas kebaikannya. Aku akan secepatnya mengganti uang dokter," ujarku sungkan. "Tidak perlu. Saya ikhlas membantu. Fokuskan saja dengan kesembuhanmu. Untungnya, pergelangan kakimu tidak terlalu parah. Mungkin sekitar enam mingguan sudah sembuh," jawabnya sembari berjalan ke sisi brankar. "Kenapa Dokter ingin me

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN