"Apa yang kamu lakukan!" Satria menghampiri Lois dengan langkah berat, kemarahan membayang di wajahnya. Ia ingin memberinya peringatan, mengingatkan gadis itu untuk menjaga lidahnya. Sorot matanya tajam, memancarkan ketegangan yang telah lama terpendam. "Kenapa? Apa aku salah? Bukankah aku benar? Dia memang sedang khilaf, dan kekhilafannya itu sudah di luar batas." Lois merapikan barang-barangnya dengan gerakan cepat dan tegas, seolah tak ingin memberikan waktu bagi Satria untuk mencegahnya. Setiap gerakannya dipenuhi oleh ketegangan yang tak terucapkan, seperti badai yang siap meledak kapan saja. "Kamu mau ke mana?" tanyanya dengan nada yang dipaksakan untuk tetap tenang, meski dadanya bergemuruh dengan kegelisahan. "Kamu pasti tahu aku mau ke mana," jawab Lois dengan dingin. "Aku sud