Xue Ying dan adik sepupunya itu akhirnya pergi sebuah café yang tengah pepuler di kalangan remaja Shanghai. Tak perlu waktu yang lama untuk keduanya akhirnya sampai di bangunan berwarna pink dengan interior yang serba pink juga. Warna yang terang dan identik dengan gadis ceria itu sudah cukup untuk membuat Xue Ying ingin muntah darah. Ia yang awalnya ingin menanyakan sesuatu pada adik sepupunya itu tiba-tiba mengurungkan niatnya.
“Kau sebaiknya masuk sendiri, aku tidak akan mau makan di tempat seperti ini.” Ujar Xue Ying.
“Aiya ge, kita sudah sampai. Lagi pula ini sudah jam makan siang, kau pasti lapar. Ayo kita pergi.” XuanXuan merengek pada kakak sepupunya yang kaya raya itu, “Bukankah ada sesuatu yang ingin kau tanyakan juga? Aku janji akan menjawabnya dengan baik. Semua teman-temanku bahkan sudah berfoto di tempat ini, postingan mereka di Weibo membuatku cemburu.”
Xue Ying, “…..”
XuanXuan, “Ayolah ge…”
Merasakan lengannya sakit karena terus-terusan ditarik oleh adik sepupunya yang manja itu, Xue Ying akhirnya kalah. Ia menarik lengannya dan berkata, “Baiklah, tapi tunggu sebentar.”
XuanXuan mengangguk berulang kali seperti sedang menumbuk bawang, “En, en. Aku akan menunggu.”
Xue Ying terlihat sedang menelpon seseorang, “Kau dimana?”
Suara seseorang ditelpion itu begitu kecil sehingga XuanXuan tidak bisa mendengarnya. Setelah beberapa saat, Xue Ying kembali berkata, “Kalau begitu aku akan menunggumu di depan sebuah bangunan berwarna pink.”
Setelah melihat kakak sepupunya itu selesai berbicara, XuanXuan yang penasaran akhirnya bertanya, “Kau menyuruh seseorang untuk datang? Siapa?”
Xue Ying mulanya diam, ia kemudian mengarahkan pandangannya ke depan dan berkata, “Itu dia.
”
XuanXuan, “A Luo? Kenapa dia bisa ada disini?”
“Aku tahu dia berada di dekat sini, jadi aku mengajaknya.” Xue Ying yang pemalu dan sungkan untuk masuk ke tempat kekanak-kanakan itu tidak pernah kehabaisan akal. Ia yang tahu kalau A Luo tengah bermain di kawasan itu segera meminta bantuan pemuda manis itu, dan A Luo tentu saja tidak akan menolaknya.
“Ayo turun.” Xue Ying membuka pintu mobil dan turun, sementara XuanXuan yang masih tidak mengerti kemauan kakak sepupunya itu hanya mengikutinya.
“Ge..” A Luo tersenyum sembari melambai pada Xue Ying.
“A Luo, apa kau sering berada disini?” Tanya XuanXuan.
“XuanXuan Jie, apa kabar?” Melihat gadis yang usianya sedikit lebih tua darinya itu, A Luo langsung menyapanya dengan ramah. Ia kemudian melanjutkan, “Ah, aku sering bermain di café internet di dekat sini. Hari ini aku libur kuliah, jadi aku bermain.”
Setelah saling menyapa, ketiga orang itu akhirnya masuk ke dalam cafe. Begitu masuk, Xue Ying yang mulanya sudah merasa ingin muntah darah kini tiba-tiba merasakan pusing menyerang kepalanya. Di dalam café ada banyak benda berwarna pink, tidak luput para pegawainya yang juga memakai baju berwarna pink.
“Ge, kita duduk disana yah.” XuanXuan memimpin dan berlari menuju kursi di dekat jendela.
Xue Ying yang memakai setelan formal kini tampak seperti seorang paman yang tengah membawa keponakannya makan. Ia masih sangat sabar sebelum akhirnya buku menu yang dibacanya sama sekali memperlihatkannya sesuatu yang tidak masuk akal.
“Apakah kalian tidak menjual makanan lain selain makanan manis?” Tanya Xue Ying.
Pelayan yang membawa buku menu itu terlihat kebingungan, dan XuanXuan yang menyadari hal itu segera berbisik, “Ge, café ini hanya menjual makanan manis.”
Xue Ying menggertakan giginya dan berkata, “Aku pesan ice Americano saja.”
XuanXuan tersenyum lebar, “Aku memesan strawaberry cake, strawberry milkshake dengan banyak krim kocok, dan juga es krim strawberry dengan toping madu di atanya. Terimakasih.”
Xue Ying, “….”
Xue Ying kemudian mengalihkan pandangannya pada A Luo yang terlihat masih membolak-balikkan buku menu, “A Luo kau juga harus memesan.”
“Ehm..aku mau milkshake coklat dan cake tiramisu saja.” Ujar A Luo.
Xue Ying sedikit mengamati situasi yang ia alami saat ini. Ketika seumuran A Luo dan XuanXuan, ia adalah tipikal remaja yang menjauhi makanan manis. Ia tidak pernah makan permen lebih dari tiga kali dalam seminggu. Ia hanya akan mengunyah permen karet mint ketika ia menginginkannya, selebihnya ia selalu menjaga tubuhnya. Tak heran jika Xue Ying tampak selalu sehat dan bugar.
“Ge, apa yang ingin kau tanyakan?” XuanXuan yang masih merasa berhutang sesuatu pada kakak sepupunya akhirnya berbicara.
Xue Ying tampak tenang ketika ia berkata, “Beritahu aku semua yang kau ketahui tentang Mo Qi Qi.”
XuanXuan, “…..”
A Luo, “…..’
Melihat tatapan aneh kedua anak muda itu, Xue Ying tiba-tiba merasa harus menjelaskan sesuatu. Ia berdehem dan berkata, “Jangan salah paham. Dia adalah orang yang akan bekerja padaku untuk proyek besar, jadi aku membutuhkan informasi tentangnya.”
“Ge, aku bisa membantumu. Aku akan mendapatkan informasi tentang nona Mo dalam sekejap. Aku akan mengirimkannya padamu malam ini juga.” A Luo akan sangat bersemangat jika itu menyangkut Xue Ying yang meminta bantuannya. Ia merasa berhutang budi pada Xue Ying dan ingin selalu membantunya.
Tapi rupanya Xue Ying tidak ingin A Luo membantunya. Ia ingin mendengar sendiri dari mulut adik sepupunya itu. Oleh karena itu Xue Ying sudah mencari alasan yang tepat untuk mengatasi pernyataan A Luo itu.
“Aku dengar seorang penggemar akan lebih banyak mengetahui sesuatu tentang idola mereka dan itu akurat. Banyak informasi di Baidu, tapi akan lebih baik untuk mendengarnya langsung dari penggemar mereka.” Xue Ying begitu fasih ketika ia mengatakan hal ini.
Dan XuanXuan yang polos tentu saja merasa tidak ada hal yang janggal. Sebaliknya, ia merasa sangat senang ketika ia bisa menunjukkan kemampuan seorang fans. XuanXuan melipat lengannya dan dengan bangga berkata, “Kau datang pada orang yang tepat ge.”
XuanXuan kemudian langsung menjelaskan semua hal yang ia ketahui tentang Mo Qi Qi, “Nama lengkap Qi Jie adalah Mo Qi Qi, ia lahir di….”
Xue Ying tiba-tiba menyela kalimat gadis itu, “Bukan hal seperti itu, hal-hal lainnya.”
“Hal-hal lainnya apa?” XuanXuan bertanya.
“Hal-hal seperti kenapa dia menjadi model dan kenapa dia pensiun di usia yang masih muda. Yah hal-hal seperti itulah." Setelah mengatakan hal itu, Xue Ying meminum ice Americano yang sudah ia pesan sebelumnya. Entah mengapa tenggorokannya menjadi lebih kering dibandingkan ketika ia sedang memimpin rapat.
XuanXuan mengangguk, ia juga meminum strawberry milkshake-nya sebelum berkata, “Aku ingat kenapa aku menyukai Qi Jie. Saat itu aku tidak sengaja menonton acara talkshow nya, dan di acara itu ia pernah mengatakan kalau itu semua karena cinta pertamanya.”
Xue Ying tampak tertarik, “Cinta pertama?”
XuanXuan mengangguk, “En. Di Universitas dulu katanya ia pernah di bully oleh teman-temannya, selain itu cinta pertamanya juga membuat hatinya remuk. Aku tidak tahu bagaimana cerita lengkapnya, Qi Jie hanya mengatakan karena hal itulah dia bisa seperti sekarang. Luka di hatinya membuatnya kuat dan sukses seperti sekarang.”
Selang beberapa saat Xue Ying masih terdiam. Ia tampak sedang berpikir tentang siapa sebenarnya cinta pertama Mo Qi Qi. Ia pernah kenal dan cukup dekat dengan Mo Qi Qi ketika masih berada di universitas, tapi kedekatan itu hanya sebatas hubungan senior dan junior. Selain itu, Xue Ying harus pindah ke Amerika dan tidak pernah tahu kabar Mo Qi Qi lagi.
XuanXuan kembali berkata, “Aku dengar dia pernah berkuliah di kampusmu ge. Aku menebak kalian pasti tidak saling kenal karena kau pindah dan berkuliah di Amerika setelah itu.”
“Dia juniorku, aku mengenalnya.” Ujar Xue Ying.
“Benarkah?” XuanXuan dan A Lou yang sebelumnya hanya diam-diam tiba-tiba serentak bersuara.
Xue Ying mengangguk dan tidak mengatakan apa-apa lagi. Setelah jeda sebentar, ia kembali bertanya, “Lalu kenapa dia memutuskan untuknya pensiun menjadi model?”
“Ah itu, tidak banyak alasan. Qi Jie mengatakan dia ingin menekuni bidangnya, ia ingin menjadi designer.” Balas XuanXuan.
Xue Ying memutuskan untuk tidak bertanya lagi setelah itu. Pikirannya masih melayang kemana-mana, entah apa yang merasukinya hari ini, tapi ia tampak begitu gundah.
*/
Sementara itu Mo Qi Qi yang kini tengah berada di ruangannya tampak sangat lesu. Meski demikian ia menolak untuk tidur, sebaliknya ia tampak memikirkan pekerjaannya yang sudah terbengkalai selama beberapa hari belakangan ini.
“Qi Qi, kapan kau kembali?” Bao Ni masuk tanpa mengetuk pintu dan langsung bertanya.
“Tadi.” Jawa Mo Qi Qi dengan suara lesu.
“Kau sebaiknya pulang saja, jangan terlalu bekerja keras. Kau bisa jatuh sakit nanti.” Bao Ni memijat pundak Mo Qi Qi yang kaku.
Mo Qi Qi hanya mengangguk sementara tangannya masih sibuk menggambar design baju. Tangannya tampak lemah dan wajahnya terlihat sangat suram, gadis itu butuh tidur untuk memulihkan energinya.
“Sudah, sudah. Kau sebaiknya pulang, Xiao Zuo tidak akan mempersulitmu.” Bao Ni merampas pensil dari tangan Mo Qi Qi dan merapikan semua kertas yang berserakan di meja kerja sahabatnya itu, “Kau harus memiliki energy yang cukup untuk mengalahkan dan membuktikan pada raja iblis itu kalau kau benar-benar mampu. Tapi sebelumnya kau harus memulihkan energimu dulu.”
Mo Qi Qi akhirnya menyerah dan mengikuti saran Lu Bao Ni. Ia dengan enggan kembali ke apartemennya untuk sekedar melepas rasa kantuk yang sudah menjeratnya selama seharian ini.