"P-Pak Adimas." Suara lirih perempuan itu langsung menarik atensi semua orang, Nina melangkah gontai, penampilannya terlihat sangat berantakan dan ngenes. Adimas menatap tajam Nina, sampai tak lama menurunkan Farel dari gendongannya. "Farel masuk ke dalem dulu!" Titah Adimas. Farel menggeleng. "Nggak—" "Masuk atau Papah marah?!" Farel sontak menggembungkan pipinya, dengan kaki dihentak-hentakkan dan b****g igal-igul bocah itu melangkah masuk kembali ke dalam rumah. Adimas menghela napas, menarik tubuh Muliya lebih dekat kearahnya. Nina menipiskan bibir melihat itu. "Ada urusan apa kamu kesini?" Tanya Adimas dingin. Nina tersenyum lemah. "Pak Adimas-" "Jangan sebut nama saya!" Tukas Adimas terlihat jijik. Nina mulai sesenggukan, "tolong jangan pecat saya Pak, saya sangat butuh-