Menjaga Suami.

1133 Kata
Jayden membawa gadis itu ke kamar lain di hotel yang sama di mana dia dan Zakiyah bermalam sebagai pengantin baru. Lelaki sudah terlalu mabuk untuk pergi mencari hotel lain. “Jayden, bangun!” tukas gadis itu, dia kepayahan menahan tubuh tegap itu di bahunya. Jayden hanya menggumam menjawabnya, matanya tak lagi bisa terbuka meski dia masih di ambang kesadaran. “Siera, kamu wanita pembohong! Jalang sialan!” umpatnya menggumam dan meracau. Gadis itu berkacak pinggang di depannya. Bayangannya akan menghabiskan malam panas bersama lelaki unggulan dari keluarga Takizaki itu, buyar begitu saja. Jayden terbaring di atas ranjang dengan tidak berdaya dan hanya meracau tidak jelas. “Aku, sih, beruntung jadinya. Nggak jadi memberikan keperawananku demi ayahku bisa memenangkan tender tambang itu dengan bantuan Jayden nanti,” gerutunya sambil memperhatikan Jayden yang sudah tidur sepenuhnya. “Tapi aku tentu tidak mau reputasiku rusak begitu saja tanpa hasil, aku harus menghubungi ajudannya!” tukasnya lagi. Sejenak dia meraba-raba saku jaket dan celana Jayden, dan berhasil menemukan ponselnya. Tapi sedetik kemudian keningnya mengernyit begitu melihat dia harus memasukkan kode sandi untuk membuka akses benda itu. “Tentu saja!” dengusnya kesal. Tombol darurat, orang seperti Jayden tentu memiliki kontak yang bisa dihubungi jika dalam keadaan gawat dan genting. Maka gadis itu pun mencoba menekan angka 1 yang rupanya tersambung ke nomor Ario, ajudan Jayden. “Kebetulan sekali, Jayden bersamaku di hotel A, dia mabuk dan aku mau minta kompensasi karena dia sudah menyentuhku!” tutur gadis itu dengan lancar, lidahnya sudah lihai merangkai kata demi mendapatkan keuntungan. “Tentu, Nona, saya akan ke sana!” sahut Ario, paham dan sudah mengerti dengan apa yang harus dia lakukan. Gadis itu mendengus senang. Tapi ketika dia hendak meletakkan ponsel Jayden tersebut, benda itu kembali berdering dengan nama Zakiyah di layarnya. “Zakiyah? Siapa?” gumam gadis itu mengerutkan kening. Meski begitu, dia pun lalu mengangkatnya. Berpikir mungkin itu adalah perempuan lain Jayden, dan dia bisa pamer dan membuatnya iri. “Halo?” Zakiyah, yang memang menelepon Jayden untuk tahu di mana keberadaan oria itu, tertegun begitu mendengar suara seorang perempuan dari seberang sana. Sejenak dia melihat layar ponsel, demi meyakinan jika itu benar adalah nomor Jayden yang dihubunginya. “Siapa kamu? Di mana suamiku?” Dengan mengumpulkan nyali, Zakiya menyebut kata itu. Jika benar Jayden mencintai Siera, tentunya dia tidak akan berbuat serong dengan wanita lain apalagi sampai menghabiskan waktu malam bersamanya. Tawa geli itu terdengar mengesalkan, Zakiyah oun marah jadinya. “Di mana kalian? Aku akan menjemput suamiku pulang!” tukasnya. “Jayden memang suamimu, tapi sepertinya dia tidak puas dengan tubuhmu, Sayang. Atau jangan-jangan kau sudah tidak perawan sehingga Jayden mencari lubang sempit di luar!” Zakiya mual mendengarnya, bagaimana mungkin sesama wanita malah merendahkan wanita lain begitu. “Jangan sok seksi kamu, wanita yang sudah dimasuki banyak batang kayak kamu mana ngerti soal sempit!” balas Zakiyah kesal. “Sialan–!” “HUH!” Zakiyah mematikan sambungan teleoon itu dengan kesal, tadinya dia memang berniat menjaga Jayden agar tidak liar ke s**********n wanita lain demi Siera. Dia tak mau melihat tantenya itu menderita dan hanya menjadi pengisi posisi semata. Zakiyah baru selesai membersihkan diri setelah lelah mengamuk dan membuat kamar berantakan tadi. Ario yang kemudian muncul di kamar untuk memeriksa keadaannya, oun terlihat gusar dan kesal melihat kamar yang tadinya rapi dengan perabotan dan hiasan pengantin yang serba mewah, berubah menjadi tak ubahnya tempat rongsokan. Dia memerintahkan orang untuk mengangkut semua isinya dan memindahkan Zakiyah ke kamar di sebelahnya. Sekarang sudah pukul 1 malam, Zakiyah yang sudah tenang menjadi gelisah begitu tahu Jayden malah menghabiskan malam bersama wanita lain. “Aku harus menyusulnya, Ario pasti tahu di mana dia!” gumamnya seraya bersiao, dipakainya jaket untuk melapisi dress selutut yang dikenakannya. Ketika dia keluar dari akmar dan hendak menghubungi Ario, lelaki itu justru muncul dari arah lain dengan ruat wajah tegang dan tampak kesal. “Ario!” panggil Zakiyah. Ario yang sedang lelah mengurus kericuhan yang dibuat majikannya, menoleh pada Zakiyah dengan dingin. “Ya, Nyonya? Kenapa Anda keluar?” jawabnya seraya berhenti di hadapan Zakiyah. Zakiyah pun tahu jika Ario masih kesal dengan apa yang dilakukannya dan sekarang dia pasti sedang mencari Jayden juga. “Itu … Jayden sedang bersama wanita lain, aku ingin menjemputnya!” ucap Zakiyah pelan. Alis Ario terangkat mendengarnya, dia mengira jika Zakiyah tahu soal itu. “Apa kamu tahu di mana dia? Kamu sedang mencarinya juga, ‘kan?” tanya Zakiyah lagi. Ario sontak mengangguk. “Aku sedang menuju ke sana,” ujarnya, tapi kemudian dia menggeleng menyadari lidahnya yang malah mengatakan hal itu pada Zakiyah. Tentu saja Zakiyah terperangah senang mendengarnya. “Kalau begitu aku ikut!” katanya penuh semangat. “Apa Anda yakin?” tanya Ario ragu, takut jika nanti Zakiyah malah mengamuk lagi di sana. Zakiyah mengangguk. “Aku harus menjaga suamiku!” ucapnya tegas. Ario mendenguskan tawa kecil. “Anda menghancurkan kamar pengantin kalian, tidak heran jika Tuan Jayden pergi!” ujarnya. Zakiya tertunduk malu sendiri dengan kelakuiannya. “Siapa yang tidak marah tiba-tiba harus menggantikan orang lain jadi pengantin dari orang seperti dia!” ketusnya menutupi rasa malu. Ario pun pasrah saja jadinya, dia mengangguk membiarkan Zakiyah mengekori di belakangnya. “Ya, sudah. Tapi tolong sesampainya di sana, jangan lakukan apapun dan biarkan aku yang bekerja!” tegas Ario. Zakiyah mengangguk mengiyakan. Seperti anak kecil yang hendak diebelikan mainan, dia mengikuti Ario dengan penuh semangat, tak sabar utnuk segera meliaht keberadaan Jayden. Tak lama kemudian, Zakiyah dibuat bingung ketika Ario berhenti di sebuah kamar, yang mana hanya berjarak beberapa kamar dari kamarnya semula. “Mau apa ke sini?” tanyanya heran. Ario hanya menjawabnya dengan dengusan pelan, gemas sekaligus kesal pada Zakiyah. Seharian ini dari sejak insiden Siera kabur tadi, dia terus dibuat kerepotan dengan perintah Jayden yang marah. Lalu, ditambah dia juga harus membereskan kekacauan di kamar pengantin akibat ulah gadis itu. “Tuan ada di sini!”jawabnya seraya membuka pintu itu begitu saja. Mata Zakiyah terbelalak lebar mendengarnya, terkejut dan tak menyangka Jayden sengaja menghabiskan malam bersama wanita lain di hotel yang tempat mereka menikah. “Mereka di sini? Aku pikir ….” “Jangan lakukan apapun, biarkan aku saja yang mengatasinya nanti!” kata Ario lagi mengingatkan, dia yang sudah terbiasa melihat hal-hal yang vulgar dan erotis, tidak akan terkejut jika melihatnya di depan mata. Lain dengan Zakiyah, gadis itu hanya mengangguk dengan wajah merah padam. “Dia memang keterlaluan, sekarang jelas kenapa aunty Siera jengah dan meninggalkannya!” geramnya seraya mengikuti Ario masuk ke dalam kamar itu. Lalu, ketika dia sudah di dalam kamar, matanya kembali terbelalak lebar melihat Jayden yang sedang tidur berpelukan dengan wanita itu, dan mereka sama-sama tanpa busana. Ario hendak menghalangi pemandangan tidak pantas itu dari pandangan Zakiyah, tapi gadis itu sudah terlanjur melihatnya. “Nyonya, jangan–” “UNCLE JAYDEN!”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN