Renata menyentuh lengan suaminya, membuat Vanno cepat tersadar dan menatapnya dengan pandangan yang sulit untuk dilukiskan. "Irene menyapamu," kata Renata datar. Vanno menatap Irene dan dengan gagap menyambut uluran tangannya. "Eh, ha-halo. Senang bertemu kamu lagi. Maaf, saya sedikit syok, nggak nyangka bisa ketemu teman satu angkatan di sini." "Batam memang luar biasa, ya. Surganya para pekerja. Aku ketemu Renata dan kamu ketemu Irene. Seperti sudah ditakdirkan saja." Takdir? Vanno tidak yakin kalau ini takdir. Atau suatu kebetulan? Pikirannya masih dipenuhi masa-masa yang berusaha dia lupakan. Memahami kondisi Vanno yang gelisah, Renata pamit dari hadapan Anggoro dan Irene. Dia mengatakan kepada mereka kalau masih ada janji yang harus didatangi. Seperti kerbau yang dicucuk hidungnya