Pagi itu matahari belum naik sepenuhnya ketika Ayu terbangun dari tidurnya. Udara kamar masih dingin, sisa dari hujan malam sebelumnya. Awalnya ia pikir hanya ingin ke kamar mandi biasa, tapi baru berdiri dari ranjang, rasa mual tiba-tiba menghantam keras. Ia buru-buru menutup mulut dan berjalan cepat ke kamar mandi. Hendro masih tertidur pulas, berpelukan dengan Kiano yang malam itu kembali tidur di kamar mereka. Sesampainya di kamar mandi, Ayu langsung terduduk di depan kloset. Tubuhnya lemas, keringat dingin mengucur di pelipis. Ayu memuntahkan sesuatu, tapi tidak ada makanan yang keluar. Hanya cairan putih, seperti air asam lambung. Ia menunduk, memegangi perutnya yang terasa seperti dikocok-kocok dari dalam. Rasa mual itu menyiksa, dan kini kepala mulai terasa berat seperti berputar