9

1021 Kata
Maura dan Daniel sudah duduk bersama dalam satu mobil. Siang ini, Daniel mencoba mendatangi kntor Irwan, Kakak kandungnya. Daniel ingin meminta pekerjaan. Ia menyerah untuk mencari sendiri. "Kita mau kemana?" tanya Maura pelan yang asyik menatap jalan raya dari kaca jendela mobil di sampingnya. "Cari kerja," jawab Daniel santai. Maura menatap Daniel bingung. "Apa? Cari kerja? Kan masih kerja di restauran," ucap Maura pelan. "Kamu tidak dengar tadi, saya sudah mengundurkan diri. Itu tandanya kamu pun juga harus keluar dari sana," ucap Daniel tegas. "Hah? Baru sehari kerja sudah keluar? Gimana nanti?" tanya Maura lirih. Wajahnya menunduk sedih. Tadi pagi ia bersemangat sekali sampai -sampai bahagianya tak bisa terungkap lagi karena ia tidak bisa berkata kata lagi. Daniel diam tak menjawab. Untuk apa menjawab hal yang tak penting. Ini terjadi karena masalah pribadinya dengan Ratna. Merasa tak di jawab. Maura pun hanya diam. Otaknya berpikir keras untuk mencari pekerjaan baru. Mungkin dengan ikut bersama Danile, ada kemungkinan pekerjaan baru bisa Maura kerjakan. Beberapa saat kemudian. Mobil pun berhenti tepat di parkiran sebuah gedung yang amat besar. Kedua mata Maura mengedar melihat gedung besar itu dari atas hingga bawah. "Ini gedung apa?" tanya Maura pelan. Ia belum pernah melihat gedung sebesar dan semegah ini. "Ekhem ... Ini perusahaan Kakakku. Aku ingin mencari kerja di sini. Aku juga akan mencarikan pekerjaan untukmu, Maura," ucap Daniel pelan sambil mematikan mesin mobilnya. Daniel pun membuka kunci dari dalam mobil dan keluar sambil mengode Maura untuk keluar juga dari dalam mobilnya. "Pak Daniel yakin, di perusahaan ini ada pekerjaan untuk Maura?" tanya Maura yang berusaha berjalan cepat mengejar Daniel. Daniel hanya mengangguk kecil. Wajahnya terus menatap ke depan dan masuk ke dalam lobby gedung dan naik lift menuju ruangan Irwan, sang Kakak. "Sebentar," teriak seorang laki -laki yang nampak berlari cepat terburu -buru masuk ke dalam lift itu. Maura menatap lelaki itu dan kedua mata mereka terkunci saling menatap. Maura membuang pandangannya dan mencari obyek lain. Daniel hanya menatap lelaki yang ada di depannya dan Maura secara bergantian. "Anda Direktur Panji?" tanya Daniel ragu. Panji menoleh kebelakang menatap Daniel dan mengangguk keil. "Ya," jawab Panji singkat. Maura sendiri hanya menunduk tak berkutik. Dia benar Panji, lelaki yang telah menidurinya kemarin malam. Daniel menutup rapat mulutnya sambil melirik ke arah Maura. "Kau kenal dengannya? Wajahmu seperti panik?" tanya Daniel setengah berbisik. Suaranya tetap saja membuat Panji terusik dnegan pertanyaan Daniel. Ia menoleh sekilas melirik ke arah Daniel yang tepat ada di samping belakang menyandar pada dinding lift. Maura menunduk tak menjawab. Panji menatap dari pantulan kaca yang ada di depannya. Gadis yang ada di depannya memang gadis yang sudah di tidurinya kemarin malam. Tapi, gadis itu ternyata sudah membuat Sang CEO itu candu. Baru kali ini ia tidur bersama wanita bahkan sampai melakukan hal terlarang itu. TING ... Pintu lift terbuka di lantai yang di inginkan Daniel. Daniel bergegas menarik tangan Maura untuk segera keluar dari lift tersebut. Ternyata Panji juga keluar dari lift itu menuju ke ruangan direktur tak lain Irwan, Kakak Daniel. Daniel sudah lebih dulu sampai di ruangan Irwan, dan meminta Maura untuk menunggu di depan dekat meja sekertaris. "Kamu tunggu di sini dulu ya?" titah Daniel dengan tegas menyuruh Maura untuk duduk di kursi tunggu yang tersedia di sana. "Iya Pak," jawab Maura pelan. Daniel pun masuk ke dalam ruangan untuk menemui Sang Kakak. "Kamu Maura?" tanya Panji yang duduk tepat di sebelah Maura menunggu giliran untuk bertemu dengan Irwan, klien kontrak kerja samanya. "I -iya, saya Maura," jawab Maura gugup. "Ada perlu apa kamu kesini?" tanya Panji setengah berbisik sambil bersandar di kursi tunggu dan menatap lurus ke arah pintu ruangan kerja Irwa. Panji tidak mau terlihat mengenal Maura. Maura menunduk. Wajahnya nampak panik sekali. "Sa -saya sedang cari kerja," jawab Maura semakin lirih. "Kerja?" tanya Panji bingung smabil menatap ke arah Maura. Maura mengangguk kecil. Ia memang sedang mencari pekerjaan yang cocok dan sesuai dengan apa yang ia bisa untuk menyambung hidupnya. "Ya kerja. Tadi kerja di restaurant siap saji, tapi ada sesuatu hal dan harus cari pekerjaan lain," jawab maura jujur. "Uangmu banyak Maura. Kamu dan Ayah kamu itu sudah menjebakku," ucap Panji tak terima. Walaupun ia sebenarnya sudah candu dengan Maura. Kesalahan satu malam itu sudah mengubah Panji secara tak sengaja. "Saya? Menjebak anda? Untuk keperluan apa? Bahkan saya yang di rugikan karena keperawanan saya hilang," ucap Maura sengit. Kesal juga hal yang sudah terjadi di ungkit seolah Mauran benar wanita malam yang sering di tiduri oleh banyak lelaki. "Cih ... Masih saja berkilah. Lalu untuk apa kamu berada di kamar yang sama denganku saat itu?" tanya Panji kesal. "Kalau saya tak berbakti pada orang tua, saya tidak akan pernah terjebak pada dosa hina ini. Bahkan saya masih ingin mencari pekerjaan untuk mendapatkan uang halal," ucap Maura semakin kesal. "Jual saja tubuhmu itu tentu akan banyak uang yang kamu terima," ucap Panji dengan mencibir. Maura melirik ke arah Panji yang terlihat sombong dan angkuh. Ia pun segera berdiri dan ingin menghilang begitu saja dari hadapan Panji. "Mau kemana? Ku kira kau juga akan tidur dengan direktur perusahaan ini," tanya Panji saat melihat Maura sudah ingin melangkahkan kakinya pergi dari tempa itu. "Jaga ucapanmu Tuan? Jangan suka memojokkan orang lain dengan tuduhan tidak benar," ucap Daniel yang baru saja keluar dari ruangan Sang Kakak. Ia jelas mendengar ucapan tidak baik Panji kepada Maura. Daniel berjalan menatap tajam ke arah Panji dan menghampiri Maura yang sejak tadi menunduk menahan air matanya. Ia tidak mau membahas lagi pertemuan malam itu. "Menjaga ucapanku? Itu ucapan pantas untuk wanita malam seperti dia," ucap Panjidengan suara keras. BUGH ... "Hati -hati kalau bicara Tuan," ucap Daniel keras. Ia memukul wajah Panji dengan keras hingga tubuh Panji pun terhuyung ke belakang. "Aku tidak terima perlakuan kamu?" teriak Panji dengan suara lantang. "Ada apa ini?" tanya Irwan yang keluar dari ruangannya karena mendengar ada keributan dari dalam ruangannya. Daniel dan Panji pun menoleh ke arah Irwan. "Dia Kak? Dia menghujat temanku. Tidak sepantasnya seorang CEO mengatakan hal buruk bahkan merendahkan seseorang. Lelaki seperti ini harus di beri pelajaran," ucap Daniel kesal. Maura sendiri hanya terdiam. Memang ia sudah di jual oleh Ayah tirinya untuk menjadi wanita malam.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN