10

550 Kata
Kejadian tadi di perusahaan Irwan, Kakak kandungnya membuat Daniel berpikir yang tidak -tidak tentang Maura. "Kamu wanita malam?" tanya Daniel pelan tampak ragu. Pertanyaan Daniel pun membuat wajah Maura berubah. Suaranya berbeda terdengar sangat mengejek Maura. "Anda percaya begitu saja? Dengan ucapan Pak Panji tadi? Bahkan anda tidak bertanya apa yang sebnarnya terjadi," ucap Maura kesal. "Lalu, Apa yang ingin kamu jelaskan padaku?" tanya Daniel mencoba bertanya dengan pelan tanpa menghujat. "Maura di jual oleh Ayah tiri Maura. Dan ternyata Maura di jual untuk melayani Pak Panji." ucapan Maura terhenti. IA tidak mau mengingat malam itu. Malam yang buruk, namun saat itu ia melihat Panji seperti menginginkan lagi dan lagi. Daniel menoleh ke arah Maura yang fokus menatap ke depan. Entah cobaan apa lagi yang harus ia jalani setelah ini. Bahkan Danile sudah mengetahui ini semua. "Lalu? Kamu menjadi perempuan malam? Ekhem maksudku kamu melanjutkan hidupmu dengan menjual diri gitu?" tanya Daniel pelan agar Maura tak tersinggung. "Jadi, Anda juga menganggap Maura sebagai wanita tidak baik gitu?" tanya Maura kesal. "Ya." jawab Daniel ketus. "Aku bukan wanita seperti itu. Turunkan Maura di sini." teriak Maura kesal. Maura tak terima. "Turunkan? Tidak. Aku juga harus mencicipmu dong? Aku bisa membayarmu dengan sangat mahal." gertak Daniel. "Kau anggap aku apa? Wanita malam?" tanya Maura kesal. "Memang nyatanya begitu? Kau sendiri yang bilang kamu telah tidur dengan Pak Panji? Benar kan?" tanya Daniel dengan senyum licik. "Lalu?" tanya Maura menatap tajam ke arah Daniel. "Ya. Aku juga mau dong. Bukankah yang terpenting di bayar?" tanya Daniel mengejek. "Turunkan Maura di sini. Ku pikir, Kamu oarng baik Pak Daniel. Ternyata semua lelaki sama saja!!" teriak Maura kesal. Daniel mengabaikan apa yang di ucapkan Maura. Ia terus menginjak pedal gas dengan keras hingga mobil itu malah melaju sangat kencang. "Berhenti. Maura bilang berhenti!!!" teriak Maura keras. "Tidak akan. Aku tidak akan berhenti." teriak Danile tak kalah keras. Hari semakin gelap. Jalanan pun semakin sepi dan tak terlihat ada lampu -lampu jalan yang menerangi. Wajah Maura bergidik ngeri. Entah jalanan mana yang saat ini di lewati oleh Daniel. Maura hanya melihat dan mengedarkan padangannya. Seluruh pemandangan hanya gelap dengan dedaunan yang melambai di sisi -sisi jalan itu. "Aku ingin turun. Kalau tidak aku akan melompat?" teriak Maura dengan suara keras. Daniel yang tersenyum lebar dan menginjak pedal gas itu semakin dalam. "Lompat saja. Aku tak peduli," ucap Daniel dengan tawa yang keras. Seketika wajah Daniel terlihat berbeda dengan yang tadi. Tadi begitu terlihat baik dan lembut. Tapi, sekarang terlihat licik dan bengis. "b******k ... Turunkan Maura," teriak Maura semakin kesal. Maura berusaha membuka kunci mobil dan tekadnya bulat untuk melompat dari mobil itu. Jalanan sepi tidak akan membuatnya gentar. Pikirannya hanya tidak mau di manfaatkan oleh orang yang sudah jelas ingin melakukan hal buruk kepada dirinya. Daniel hanya tersenyum smirk dan tatapannya tetap fokus pada jalanan yang begitu gelap. Bagaimana tidak? Daniel hanya berpikir, Maura tidak akan mungkin melakukan hal bodoh dengan melompat dari mobilnya. Memangnya Maura berani di tengah kegelapan dan tempat sepi ini? Maura mengumpulkan keberaniannya untuk melakukan hal se -nekad itu. Dengan gerak cepat, Maura pun membuka pintu mobil dan melompat. Maura tak berpikir panjang lagi terhadap hidupnya. Setidaknya ia bisa pergi dari lelaki yang ternyata tidak baik untuk dirinya. Lelaki yang sejak awal di anggap baik ternyata memiliki niat buruk terhadap dirinya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN