Panji menuju bar tempat biasa ia menongkrong bila sedang banyak masalah. Selama perjalanan menuju bar tersebut, Panji menelepon orang kepercayaannya Reynand. Rey, adalah asisten sekaligus bodyguard Panji. kemana pun Panji pergi, rey akna selalu ada. tapi di malam itu, Rey juga di jebak oleh seseoarng hingga tak bisa datang ke tempat yang telah di janjikan ia dnegan panji.
Di sudut ruangan dengan kepulan asap rokok dan musik yang berbunyi dnegan sangat keras. Paji duduk menyendiri dnegan minuman yang telah ia pesan sambil menunggu Rey. Pandangannya brkeliling dan menatap semua orang yang ada di bar itu yang begitu menikmati hidup mereka. Semua bergoyang dari kepala hingga kaki mereka. Tidak hanya itu saja, suasana di sana begitu hangat dan menggairahkan. Sudah beberap awanita mencoba mendekati Panji dan ingin menemani lelaki yang terlihat tampan dan kaya itu. tapi, panji menolak tegas bahkan memarahi setiap wanita yang datang.
"Panji, Maaf aku terlambat. kamu tahu kan, Lia tiba -tiba manja tidak mau di tinggal," ucap Rey dengan suara tawa yang renyah.
Sudah dua hari ini Rey tak bersma dirinya. Rey mencari tahu tentang Brian dan Anetha.
"Santai saja. Kita pelan tapi pasti mencari bukti itu," ucap Panji sambil menegak satu gelas bir hingga habis tak bersisa. PAnji kembali menuangkan bir dari botol ke gelasnya kembali.
"Iya. Perlahan bukti itu kita dapat. Ekhemm ... Bukannya ini malam pertama?" goda Rey sambil tertawa. Rey pun ikut menegak bir yang telah di siapka oleh Panji.
Ha ha ha ... Tawa Panji pun menggelegar keras hingga beberapa orang di dekatnya melihat ke raah mereka berdua.
"Kau kira aku harus mendapatkan bekas Brian? Biarkan saja Anetha begitu. Aku sudah punya Maura. lebih baik aku menikah dengan gadis itu," ucap Panji jujur.
"Maura? Siapa dia?" tanya Rey pelan. Ia tak mengenal Maura. Panji tak pernah bicara tentang wanita kecuali Anetha. tapi sekarang ia memilki wanitalain bernama Maura.
"Maura. Ya, dia adalah gadis yang di jebak untuk tidur dengan ku. Dan kau tahu, aku adalah pertama untuknya. Dia masih perawan. Usianya juga masih sangat muda, mungkin baru lulus sekolah menengah atas. Aku ingin kamu cari tahu tentang dia. Dia memiliki ayah tiri bernama Tyo, ia di jual ayah tirinya kepada Brian, untuk menemaniku malam itu. Waktu itu aku memang mabuk, tapi aku jelas melakukannya dengan sadar. Aku melihat Maura kesakitan, tapi ia menahan rasa sakit itu," ucap Panji pelan menjelaskan.
"Kau menyukainya?" tanya Rey kemudian.
Panji mengangguk pelan dan tersenyum.
"Ya, Dia berbeda dengan wanita -wanita yang ku temui. Dia sederhana dan tulus. Sekarang ia menjadi tawananku di apartemen. Dia ku jadikan pelayan karena aku telah menolongnya," ucap Panji sumringah.
"Hah ... Menolong dari apa?" tanya Rey yang mulai penasaran.
"Hem ... Ceritanya panjang Rey. Sekarang yang terpenting tugasmu adalah mencari tahu tentang Maura, Anetha dan Brian," ucap Panji tegas.
"Baiklah. Lalu? Apa kau jadi pindah ke rumah yang sudah kamu persiapkan untuk Anetha?" tanya Rey pelan.
"Jadi. Aku sudah siapkan semuanya termasuk pelayan yang akan melayani Anetha. Aku buat dia seperti putri yang kesepian," ucap Panji sambil tertawa bahagia.
"Dulu padahal bucin banget sama Anetha, tapi sekarang bisa jadi cuek begitu?" tanya Rey pelan sambil menatap panji yang memang terlihat santai. tak terlihat ia adalah pengantin pra tadi siang.
"Itu dulu Rey. Sebelum aku tahu tentang Anetha dan keluarganya. Setelah aku tahu, untuk apa? Aku ingin hidup bersama wanita yang menghargai aku, bukan wanita yang malah menuntut atas hidup ku, Rey. Kamu dan Lia bagaimana? Gadis itu hanya kau tiduri saja tanpa kepastian? Begitu?" tanya Panji kepada Rey.
"Aku sudah menikah dengan Lia, Panji. Tapi memang Lia tidak mau di publikasi, karena dia pernah gagal dalam pernikahannya dan ia juga sudah punya anak dari pernikahan sebelumnya," ucap Rey pelan tanpa ekspresi.
"Apa? kamu sudah menikah? kenapa tak bilang padaku Rey? Aku bisa beri kamu hadiah. Ekhemm ... Gimana kalau kamu dan istrimu tinggal di rumahku, sekalian istrimu menjaga Anetha? Aku hanya ingin tahu apa yang di lakukan Anetha di rumah ku sendiri tanpa ada aku," ucap Panji pelan.
"Tapi, Kalau Anetha tahu, Lia adalah istriku, ia tak akan membuka mulutnya, panji," ucap Rey menyarankan.
"Tadinya aku ingin Maura yang bekerja di sana. Tapi, aku tak mau melibatkan Maura. Aku ingin Maura hanya untukku, menemaniku saat aku butuh dia, tanpa ku beri tugas lainnya," ucap Panji pelan.
"Gini saja. Biar Lia yang menjadi asisten pribadi Anetha. Tapi ingat beri aku waktu seminggu sekali untuk bisa berduaan dengan Lia," tawa Rey langsung mengeras.
"Dasar bucin. Oke. Mulai besok Lia bisa kerja. Tunggu aba -aba ku," ucap Panji tegas.
"Siap. Sekarang kamu mau kemana?" tanya Rey pelan.
Panji tersenyum lebar. Ia punya rencana yang dahsyat.
"Pulang ke apartemen dong. Mau bantu aku gak?" tanya Panji sambil mengetik ngetukkan buku buku jarinya di atas meja.
"Bantu? Bantu apa?" tanya Rey yang mengernyitkan dahi. Senyum Panji begitu terlihat licik.
"Aku ingin kembali ke apartemen menemui Maura. Aku ingin berpura -pura mabuk,' ucap Panji tertawa.
"Hah ... Lalu kamu dapat menidurinya? Gitu?" tanya Rey sinis.
"Ini malam pertama. Aku kan pengantin pria," jawab Panji penuh tawa.
"Pengantin Pria untuk Anetha bukan untuk Maura. Aku jadi penasaran dnegan Maura? Secantik apa gadis itu hingga membuatmu jatuh cinta begini?" tanya Rey yang merasa aneh pada diri Panji.
"Menurutku dia sempurna. Maura sangat cantik, bahkan lebih cantik dari Anetha. Tubuhnya telah membuat candu untukku," ucap panji lirih.
"Se -sempurna itu? Apa kelebihannya? Hanya di ranjang? Anetha cantik, pintar, kalau di ranjang setiap perempuan pasti bisa," ucap Rey menjelaskan.
"Dia pintar melayaniku, pintar memasak dan pintar membuatku nyaman dan bahagia," ucap Panji dengan kedua mata berbinar.
"Oke. Aku antar kau ke apartemen sekarang. Aku ingin berkenalan dnegan Maura. Lebih baik mana dengan Lia?' ucap Rey yang memicu kekesalan Panji.
"Awas saja berani menedekati Maura. Jantungmu aku congkel hidup -hidup. Maura milikku dan tak ada yang boleh menyentuhnya. Suatu hari aku pasti bisa menikahinya," ucap Panji dengan keyakinan tingkat tinggi.
"Gapailah mimpimu setinggi langit. Aku tak yakin dia setulus itu padamu. Kau hanya di anggap sugar daddy untuknya," ucap Rey menasehati.
Panji menggelengkan kepalanya pelan.
"Kamu belum kenal dia. Awalnya ku pikir begitu, tapi kenyataannya dia tidak seperti itu, itu yang membuat aku semakin jatuh cinta. bahkan dia tak meminta uang dariku," ucap Panji yang masih membela Maura.
"Kena pelet kayaknya kamu, Nji," ucap Rey yang masih tak percaya dnegan ucapan Panji.