Pagi itu, Maura duduk di meja makan sambil mengaduk -aduk secangkir teh manis hangat. Pandu duduk di seberangnya, sibuk menggambar dinosaurus di buku gambar yang baru saja dibelikan Panji malam sebelumnya. Di sisi lain meja, Panji sedang memanggang roti, kali ini lengkap dengan selai stroberi dan meses cokelat. "Aroma rotinya bikin lapar ya, Pandu?" tanya Panji sambil menoleh dari dapur kecil. Pandu mengangguk antusias. "Iya, Om Papah! Pandu mau dua, ya!" Panji tertawa. "Siap, Chef Pandu." Maura yang memperhatikan keduanya dari balik cangkir tehnya, tersenyum tipis. Ada rasa yang perlahan menghangat di d**a. Panji benar -benar menunjukkan perubahan. Ia bukan lagi lelaki impulsif yang dulu meninggalkan luka. Ia sekarang datang dengan tangan penuh kasih dan hati yang sabar, terutama pada