Bian terbangun dengan kepala yang berat. Matanya masih malas terbuka, pandangannya buram sebelum akhirnya ia sadar suara televisi samar - samar terdengar dari arah kamar. Napasnya terasa lambat, tubuhnya lemas, seolah baru saja bangun dari tidur yang terlalu dalam. Ia mengerjap beberapa kali, mencoba memahami di mana dirinya berada. Setelah beberapa detik, pikirannya mulai fokus ia tahu persis ini bukan kamarnya. Clarissa. Ia ingat ia sedang di apartemen Clarissa. Bian mendesah pelan, menyandarkan punggung pada sandaran sofa. Lampu sudah menyala terang, tapi gorden jendela masih terbuka. Langit di luar sudah gelap sepenuhnya, hanya cahaya dari gedung - gedung di seberang yang terlihat. Ia menatap jam tangannya dan terlonjak kecil. "Jam sembilan?" gumamnya, kaget. Ia mengusap wajahnya,

