Malam itu rumah terasa lebih hidup dari biasanya. Suara tawa Lily dan Yudha dari ruang makan terdengar sampai teras depan. Begitu Bian masuk sambil menyeret koper, aroma masakan khas rumah langsung menyeruak, sayur asem, ikan goreng, dan sambal terasi. Sudah lama ia tidak mencium aroma sehangat itu di rumah. "Lho, Aa' udah pulang?" seru Papapnya dari meja makan. "Ayo, sini sekalian makan, A', udah mau selesai nih." Bian tersenyum, meletakkan kopernya di dekat tangga lalu berjalan ke meja makan. Di sana, semua sudah berkumpul, Papap, Mama Jani, Lily, Yudha, dan Enin yang duduk di ujung meja, mengenakan daster biru muda. "Assalamu’alaikum, Nin," sapa Bian sambil mencium punggung tangan neneknya itu, lalu mencium pipinya. "Wa’alaikum salam, kasep. Duh, Aa' tambah hitam ya? Kebanyakan pana

