Pukul tujuh malam, Bian baru tiba di rumah setelah perjalanan panjang dari bandara. Udara Jakarta terasa lebih padat daripada udara sore Bali yang ia tinggalkan beberapa jam lalu. Ia turun dari taksi sambil menarik napas panjang, menatap rumah orang tuanya yang tampak tenang dengan lampu taman menyala terang. Hanya ada mobilnya dan mobil mamanya di garasi, tiga mobil lainnya tidak ada. Ia tahu artinya rumah sedang kosong. Begitu masuk mealui pintu samping, ia disambut keheningan. Hanya suara detak jam dinding. Papap dan Mamanya ternyata sedang ke rumah Aki di Kebayoran, sementara Lily dan Yudha belum pulang, begitu kata ART yang membukakan pintu barusan. Bian menarik napas lega. "Syukurlah," gumamnya, sambil menendang pelan sepatunya ke pojok rak. Setidaknya malam ini ia tidak perlu men

