Suasana panas ruang keluarga rumah Safira perlahan mendingin setelah Clarissa menghilang ke lantai atas dengan isakan yang masih terdengar samar. Hanya tersisa keheningan yang menyesakkan. Nadira duduk di ujung sofa, jemarinya saling bertaut erat di pangkuan, matanya menatap lantai tanpa fokus. Safira yang sedari tadi menahan emosi, kini menarik napas panjang sebelum bicara. Suaranya lebih lembut, tapi dinginnya masih terasa menusuk. "Nad ... Udahlah. Kamu jangan berhubungan sama Bian lagi. Kamu nggak kasihan sama keponakan kamu sendiri? Hubungan mereka nyaris rusak. Sedikit banyak, kamu pasti terlibat di dalamnya." Nadira hanya diam. Ia menatap karpet bulat dibawah meja, mencoba menyembunyikan wajah yang mulai memerah karena menahan perasaan. "Mau atas nama apa pun itu, sebaiknya kali

