144. Tak Seburuk Itu

1125 Kata

Setelah beberapa hari kepergian Azka, rumah besar itu masih terasa sangat sunyi. Keluarga Ardana masih makan malam bersama seperti biasa, hanya saja tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut para anggota keluarga. Azra dan Varel belum masuk sekolah, Ardana baru masuk kerja hari ini. Itu pun hanya untuk mengurus hal yang sangat penting. Kakinya sungguh lemah untuk melangkah. “Mbak Wati,” panggil Varel pada wanita yang mengasuhnya sejak bayi, wanita yang mengasuh Azka juga, karena itu Wati merupakan salah satu orang yang terus saja bersedih di rumah itu. “Ya, Varel?” ucap Wati. “Mbak, aku mau makan bubur boleh?” tanya Varel. Azra mengangkat wajahnya. Bubur? Mengingatkannya pada Azka yang selalu makan bubur belakangan ini. Maura sudah meneteskan air mata. Azra menggenggam erat sendok

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN