109. Luka Terdalam

1832 Kata

Alisia sedang membaca majalah di ruang tengah, televisi dibiarkan menyala menyiarkan berita namun fokusnya pada lembaran yang ada di tangannya. Foto putranya terpampang di halaman itu sebagai salah satu pengusaha muda berbakat. Nama Ardana kian bersinar dan dia sangat bangga. Tiba-tiba seorang pelayan datang dan duduk di lantai dekatnya. “Kamu? Kamu kan yang kemarin menumpahkan sup di kaki menantu saya?” tanya Alisia dengan mata mendelik sebal ke arahnya. “Saya minta maaf atas itu Nyonya,” ucap Desi dengan tetap menunduk, tangannya terlihat gemetar. “Ya sudahlah, syukurlah menantu dan cucu saya dalam kandungannya tidak apa-apa,” tutur Alisia, lalu dia kembali menekuri majalah itu. Tangannya mengusap wajah Ardana di gambar itu dengan perlahan, sangat tampan. Pikirnya. Ardana mengena

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN