8. Reza

1159 Kata
DI KAMPUS. Waktu menunjukkan pukul 08:00 Pagi. "Pulang kuliah jam berapa?" Tanya Alif yang sekarang ini sedang berada di depan Kampus tersebut, mengantarkan Shanum istrinya itu kuliah. "Shanum nggak tau!" Jawab Shanum, yang memang selalu saja sewot kepadanya. "Hemmmm," Alif pun lagi-lagi hanya menanggapinya dengan senyuman. "Ya udah, lah. Shanum mau masuk dulu."Jawab Shanum lagi yang langsung buru-buru keluar dari dalam mobil Alif, dan langsung masuk kedalam Kampusnya. "Eeehh, tunggu dulu!" Alif pun langsung menghentikan langkahnya. "Salim dulu dong, sama Suaminya!" Perintahnya, sambil mengulurkan tangannya. "Nggak mau!" Shanum pun langsung menolaknya dengan ketus. "Ya harus salim dulu dong Sayaaaang, sama suaminya!" Alif yang dengan sengaja, malah justru langsung menggodanya dengan menyebutnya seperti itu. "Iiiiiihhh! Mas Alif Apaan, sih?!" Shanum pun seketika langsung ngambek dibuatnya. "Nanti ada orang yang denger, lho!" Ucapnya lagi, yang kemudian langsung buru-buru menengok ke kanan dan ke kiri sekitaran Kampus tersebut. Kemudian, Ia pun langsung melangkah lebih dekat lagi ke arahnya. "Shanum peringatin ya, sama Mas!" Tegasnya. "Jagan pernah sekali-kali, Shanum denger lagi Mas menyebut Shanum dengan panggilan seperti itu, apalagi di tempat umum seperti ini. Ngerti!" Tegasnya lagi yang dengan sangat sombongnya, langsung saja memperingatkannya seperti itu. Sehingga Alif yang mendengarnya pun, lagi-lagi malah justru langsung tersenyum. "Ya emang kenapaaa?" Tanyanya, yang kemudian langsung ikut menengok ke kanan dan ke kiri sekitaran kampus tersebut. "Kamu malu? Takut temen-temen kuliahmu pada nglihat, kalau sekarang ini kamu sudah menikah dengan, Mas?" Alif yang sudah bisa menebak, perasaan apa yang sekarang ini sedang Shanum istrinya itu rasakan. "Y_ya emang kenapa kalau Shanum, malu?" Tanya Shanum. "Ya, nggak." Jawab Alif dengan santainya. "Mas cuma pengen tau aja. Apa alasanmu, kenapa kamu bisa sampai malu dan ketakutan banget seperti ini, kalau sampai teman-teman kuliahmu ngelihat, kebersamaan kita sekarang, ini?" "Apa karena Mas jelek, kah? Apa karena Mas ini terlalu dewasa kah untukmu, dengan perbedaan usia kita ini yang terpaut cukup jauh?" Tanyanya lagi. "Y_ya itu Mas, tau!" Jawab Shanum lagi, masih terus sewot. "Y_ya udah, lah. Ayo cepetan, salim!" Shanum yang kesal pun akhirnya mengalah, dan langsung buru-buru membalas salaman tangannya agar semuanya cepat-cepat selesai, sebelum teman-teman kuliahnya apalagi Reza kekasihnya akhirnya beneran melihat kebersamaannya. "Mas bawel banget sih, dari tadi?" Ucapnya lagi, yang masih saja terus sewot kepadanya. Sehingga Alif yang mendengarnya pun, tersenyum. "Ya udah. Hati-hati, ya!" Alif yang dengan sangat pelan dan penuh perhatiannya, langsung mengusap-usap rambutnya dengan penuh kasih sayang. "Nih, uang jajan buat kamu." Alif pun kemudian langsung menyodorkan beberapa lembar uang pecahan Rp 100.000 an kepadanya. "Nggak mau!" Tolak Shanum lagi, dengan ketus. "Ngapain? Mas pake acara kasih-kasih uang segala, ke Shanum?" "Shanum, punya uang!" Tegasnya lagi yang dengan sangat sombongnya, langsung saja menunjukkan beberapa kartu ATM dan kartu kredit milikinya dari dalam tasnya, kepadanya. "Assalamualaikum!" Ucapnya lagi yang kemudian langsung buru-buru melangkah masuk kedalam kampusnya, meninggalkannya hanya sendiri di dalam mobilnya. "Hemmmm," Alif pun lagi-lagi langsung tersenyum, karena lucu melihat tingkah lakunya. Kemudian, Ia pun langsung menghela nafas pelan, dan membuangnya kasar. "Waalakumsalam." Jawabnya, yang kemudian langsung buru-buru melajukan kembali mobilnya menuju Kantornya. "Cieee, cieeee! Pengantin baruuuu." Ledek dari beberapa teman-teman kuliah Shanum, yang ternyata benar seperti apa yang sedang Shanum takut-takutkan, mereka semua dari tadi memang sedang memantaunya dari kejauhan. "Jadi itu suami, Lu?" "Yang katanya seorang Ustadz muda, alim, baik, dan ngalahin segala-galanya dari, Kak Reza?" Ledek mereka lagi. "Apaan sih, Lu!" Shanum yang sedang kesal pun, semakin kesal lagi dibuatnya. "Tapi kalau dilihat-lihat, ganteng juga sih suami, Lu?" Ucap salah satu dari mereka lagi. "Nggak malu-maluin, lah. Kalau mau kita ajak buat gandengan jalan-jalan atau, kondangan." Godanya. "Gila ya, Lu!" Timpal yang lainnya. "Kalau yang model kayak gituan, bukan cuma ganteng. Tapi pake banget!" Ujarnya. "Ya, ganteng sih ganteng." Timpal yang lainnya lagi. "Tapi gimana kira-kira isi dompetnya?" "Jangan cuma modal ganteng doang, tapi kere." "Ya, nggak?" Ledeknya lagi, yang kemudian langsung menertawakannya. "Iya, bener banget. Yang penting isi dompetnya." Timpal yang lainnya lagi, yang kemudian juga langsung ikut-ikutan menertawakannya. "Aduuuuuh! Kalian semua ini lagi pada ngomongin apa, sih?" Shanum pun semakin kesal dan kesal lagi dibuatnya. "Udah ayo, ah! Kita ke Kantin!" Ajaknya. "Eeeehh! Tunggu dulu deh, Num!" Ucap salah satu dari mereka lagi, yang sekarang ini sudah berada di dalam Kantin tersebut bersama dengannya dan juga yang lainnya. "Tapi kalau dilihat-lihat lagi, mobil suami Lu itu tadi keren juga, ya?" Ucapnya, yang kemudian langsung saja tersenyum dengan sangat liciknya. "Kayaknya boleh, tuh. Kapan-kapan kita manfaatin, buat kita pake gaya-gayaan, jalan-jalan nge-Mall!" "Aduuuuuh!" Jawab Shanum lagi. "Udah ya, udah! Cukup!" Tegasnya. "Gue nggak mau, ya!" "Teraktir-teraktir kalian, tapi pake uang dari itu, laki." "Nanti itu laki ke GR an lagi, berasa jadi Superhero buat gue." Shanum yang meskipun tidak mencintainya, akan tetapi tidaklah sejahat itu seperti teman-temannya. "Oh, iya! Ngomongin masalah teraktir, gue jadi inget, nih." Ucap salah satu dari mereka lagi, yang tiba-tiba saja ingat akan sesuatu. "Pulang Kuliah nanti Lu jadi kan, Num? Teraktir kita semua, Nge-Mall?" Tanyanya. "Udaaaah. Kalian semua tenang aja!" Jawab Shanum lagi, yang langsung saja tersenyum dengan santainya. "Pulang kuliah nanti, kalian semua pasti gue traktir." Ucapnya. "Kalian semua bebas, deh. Mau belanja apa saja, semau dan sesuka hati kalian!" Shanum yang memang selalu saja seperti itu, foya-foya setiap hari untuk meneraktir mereka semua tanpa ada hitungan. "Wiiiih, asyiiiiiikkk!" Teriak salah satu dari mereka, yang langsung saja kegirangan. "Gue jadi semakin bangga deh. Punya sahabat kayak, Lu!" Ucapnya. "Sama. Gue juga bangga banget deh, punya sahabat kayak Lu, Num." Timpal yang lainnya. "Apalagi gu,,,,,,,," "Eh, sssssttt! Sssssttt!" Tiba-tiba saja Ia pun langsung nyuruh mereka semuanya untuk diam. "K_kak Reza, tuh!" Ucapnya lagi yang langsung saja menunjuk ke arahnya, yang sekarang ini sedang berjalan masuk ke dalam Kantin tersebut menghampirinya. "Ya, Tuhaaaan." Shanum pun seketika langsung menghela nafas pelan dan membuangnya kasar, begitu Ia melihatnya. "K_kira-kira Kak Reza marah nggak ya, sama gue?" "Kira-kira lagi Kak Reza tahu nggak, ya? Kabar tentang pernikahan gue dengan, Mas Alif?" Shanum pun benar-benar panik dibuatnya. "Eh, Kak Reza!" Mereka semua pun langsung menyapanya, dengan senyuman manis. Akan tetapi, tidak dengan Shanum. Ia pun malah justru terlihat langsung gugup. "K_kak Reza," Shanum pun langsung buru-buru melangkah menghampirinya. "A_Aku bener-bener minta maaf, Kak!" Ucapnya, yang kemudian langsung buru-buru menggenggam erat kedua tangannya. "Aku benar-benar nggak tau sebelumnya, kalau ternyata Aku ini sudah di Jodohkan dengan, laki-laki lain." Shanum yang benar-benar merasa sangat bersalah dan berdosa pun, terus meminta maaf tiada henti kepadanya. "Hemmmm," Reza yang malah justru langsung tersenyum dengan santainya. "Ngapain kamu harus minta maaf sih, Beb?" Ucapnya. "Selama hati dan penasaranmu hanya untukku, Aku nggak akan pernah marah kok. Bahkan meskipun sekarang ini, Kamu sudah menjadi istri orang sekalipun." Reza yang dengan sangat egoisnya, malah justru langsung menjawabnya seperti itu. "M_maksudnya?" Shanum pun langsung kegirangan mendengarnya. "J_jadi Kak Reza masih tetep mau ngelanjutin hubungan dengan Aku, meskipun sekarang ini Aku sudah, menikah?" Shanum yang dengan teganya, malah justru langsung sependapat dengan pemikirannya. "Iya." Jawab Reza lagi, sambil terus tersenyum. "Ya ampun, kak Reza. Makasiiiiih!" Rengek Shanum yang benar-benar sudah tidak terarah lagi perasaannya, karena saking bahagianya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN