Flo melangkahkan kakinya dengan berat saat memasuki lobi gedung Graha. Wajahnya nampak lelah karena kurang tidur. pandangannya sekilas menyapu ke sekitar dan ia merasa aneh karena orang-orang memperhatikannya. Lantas Flo berjalan sambil menunduk, menyembunyikan raut wajahnya yang murung tanpa senyum. Pagi ini ia tidak ingin melakukan banyak interaksi termasuk dengan rekan kerjanya. Bian saja yang hendak menjemputnya, ditolak mentah-mentah oleh Flo. Begitulah sifatnya sejak dulu, jika ada masalah ia ingin menyendiri, tenggelam dengan kesibukan. Begitu sampai di depan ruangan divisi marketing, Flo mengangkat wajahnya. Menatap ke dalam sambil menarik napas dalam, lalu mengembuskannya. Ia harus bisa memasang wajah biasa saja tanpa menunjukkan beban yang kini ia simpan dalam hatinya. Namun, ke