Sambil menitikan air mata, Flo pulang dengan menaiki taksi, meninggalkan apartemen Bian. Ponselnya terus berdering karena Bian masih menghubunginya. Tidak itu saja, pesan singkat juga tidak henti-hentinya masuk. Selain dari Bian, pesan tersebut juga ada dari Mirah dan Tristan. Semua khawatir dengan kondisinya namun Flo memilih untuk mengabaikannya. Saat ini pikirannya sangat kacau, hatinya pedih mendapati kenyataan yang menyakitkan. Memikirkan pekerjaan yang masih tertunda sudah tidak sanggup dan ia yakin saat ini dicap sebagai karyawan yang tidak profesional. “Kenapa harus sekarang? Kedua kalinya harus seperti ini disaat aku akan menikah. Apa memang aku tidak pantas untuk mendapatkan kehidupan baru bersama dengan orang yang aku cintai?” pertanyaan itu terus berkecamuk di pikiran Flo saat