Bian kembali ke Graha dan saat ini sedang berada di ruangan kerjanya. Ia memijat pelipisnya yang berdenyut nyeri akibat memikirkan kekacauan yang terjadi. Jika boleh egois sekali lagi, rasanya ia tidak ingin kembali bekerja dan memilih untuk menyendiri, memikirkan apa yang akan ia lakukan untuk menyelesaikan masalah ini. Bian tidak ingin semuanya berlarut-larut dan merugikan banyak orang. Tokk! Tokk! Tokk! Suara ketukan pintu membuat Bian yang berdiri menatap ke arah luar jendela, langsung berbalik badan. “Masuk!” Begitu pintu dibuka, nampak Tristan datang dengan raut wajah yang tidak seperti biasa. “Maaf mengganggu waktunya.” “Ada apa Tristan? Silakan duduk.” Tristan mengikuti perintah Bian dan duduk di sofa yang terpisah. “Mas Bian lagi sibuk?” Bian menggeleng. “Ada apa? Apa ada ma