Margareth dengan cepat muncul di layar ponsel sambil tertawa lebar. “Memang aku bicara apa? Aku cuma bicara apa adanya supaya Nathan bisa tenang,” katanya. Dia kini menoleh ke arah Nathan. “Iya, ‘kan? kamu ingin adik, bukan?”
“Iya! Nathan ingin adik, jadi Papa sama Mama di sana saja tidak apa-apa. Nanti saat pulang, Nathan bisa bertemu dengan adik Nathan!”
“Nath–”
Panggilan video diputus satu pihak. Sofia menghela napas panjang sambil mendongak, tak tahu harus bagaimana menghadapi anaknya yang luar biasa itu. Ternyata benar, membiarkan Nathan pergi bersama Margareth adalah sesuatu yang buruk. Wanita itu mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal dan membuat Nathan salah paham.
“Kamu yakin berteman dengan perempuan seperti itu?” Damian tergelak di belakang Sofia yang merasa kesal.
“Setid
