40

1118 Kata

Ariana menjadi sangat terguncang. Seperti ucapan Dokter Benyamin, Ariana mulai berpikir jika diantara orang-orang yang membicarakan dirinya memiliki sebuah motif. Mereka tak mungkin secara terang-terangan mengolok-olok dirinya. Terlebih orang-orang tersebut tak pernah bertambah atau pun berkurng masanya. Mereka adalah sosok yang sama. "Mama.. Mama kenapa?!" tanya Isyana. "Isya takut, Mama." Ariana membawa tubuh si kecil ke dalam pelukannya. Ia menatap Benyamin sepersekian detik sebelum memejamkan mata.  Ruang praktek Ariana terbuka. Disana Arsa berdiri menjulang memperhatikan istri dan anaknya.  "Dokter.. Jika saya meminta tolong untuk mengajak Isyana bermain apakah bisa?" Pinta Arsa untuk kesekian kali. Tampaknya ia telah melupakan pertempuran yang beberapa waktu lalu terjadi antara d

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN