66

1043 Kata

Arsa menyeringai. Ia memutar kursi kerjanya. Menatap orang-orang Sadewo yang memilih  berbalik arah untuk mendukung dirinya. Pilihan mereka sangatlah tepat. “Selamat datang di kubu saya.” Arsa bangkit dan bertepuk tangan. “Kalian boleh pergi sekarang.” Usir Arsa pada orang-orang yang membuat perhitungan dengan keluarga tersembunyi Sadewo. Seluruh manusia kini mengetahui bagaimana cara Arsa menyingkirkan batu sandungan. Ia begitu transparan dalam menunjukan taringnya pada semua orang. Hampir tak ada kebohongan. Pria berdarah dingin itu tak bersembunyi dari apapun dan terkesan menantang lawannya. Seperti sekarang ini. “Nasib kalian mungkin akan sama seperti saudara kembar ayah mertua saya.” Ujar Arsa santai meski seringai tetap tampak di wajah tampan laki-laki itu. “Untung saja kalian pint

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN