Arsa memarkirkan mobil ke dalam pekarangan rumahnya. Ia memang telah membuat pembatas pada hunian kecil hasil mencuri tanah sang ayah. Secepat mungkin Arsa turun dan berlari masuk. Ia akan mengadukan kelakuan Sadewa pada istrinya. Ariana harus tahu betapa jahatnya papa wanita itu pada dirinya. “Sayang..” teriak Arsa memanggil Ariana. “Ariana Sayang kamu diman..” bibir Arsa langsung mengatup saat melihat istrinya terlelap di atas ranjang sembari memeluk kemeja kerja miliknya. ‘Dia merindukan saya,’ batinnya. Senyum Arsa mengembang. Ia merasa dirindukan dan itu membuat Arsa sangat senang. Arsa berjalan sepelan mungkin, memastikan jika sepatunya tak menimbulkan suara yang dapat membangunkan diri sang istri. Ia melipat kaki, berlutut tepat disamping tubuh Ariana yang tidur dalam posisi mirin