Ariana bahagia. Meski keinginan untuk makan bubur ke Surabaya tidak terwujud namun hal lain yang wanita itu mau terpenuhi. Di ruang keluarga ibu mertuanya, Ariana terus mengucapkan terimakasih pada Arsa. Ariana bahagia. Dulu ia hampir selalu menahan rasa hausnya akan sesuatu karena segala keterbatasan. Mungkin hal tersebutlah yang membuat Isyana bersikap sangat keras kepala. “Terimakasih..” lirih Ariana semakin merapatkan dirinya di dad*a bidang Arsa. “Sayang kamu udah puluhan kali bilang ini.” Bisik Arsa. Laki-laki itu membelai rambut Ariana sebelum mendaratkan kecupan di atas kening sang istri. “Udah tugas aku buat turutin semua mau kamu, Yang.” Ujar Arsa membuat Dipta mual mendengarnya. “Abang nggak jadi ada meeting?!” tanya Arsa. Ia tak mau lagi ada pertengkaran akibat niat busuk Di