Aku balas melotot padanya, ingin sekali aku menyumpahinya karena menikahi wanita yang telah membuat anaknya lahir di penjara. Tapi wajah Morgan kembali terbayang. Untuk kesekian kalinya, aku menghela napas, mengatur ritma jantungku yang berdentuman tak beraturan. “Sudahlah, Sky. Aku tahu, di matamu Ezi adalah bidadari surge yang berhati mulia. Suatu hari nanti, kau akan sadar siap Ezi yang sebenarnya.” Aku beranjak dari dudukku, lalu pergi tanpa pamit. “Aila!” teriaknya memanggilku. Aku tidak mepedulikannya. Langkahku gesit meninggalkan ruangan itu dan kembali ke parkiran. Azura menungguku di sana. Sesaat kemudian mobil melacu meninggalkan parkiran. Dilampu merah, aku turun dari mobil lalu berganti naik taksi menuju rumah sakit. Aku curiga Sky menyuruh seseorang mengikutiku. Sesampainya