Tubuhku menegang kala mata coklat itu menatapku, tapi aku tetap nekat menggenggam tangannya yang terbalut jas hitam. Wajahnya datar menatap Sky lalu kembali menatapku. Hembusan nafasnya terasa hangat menerpa wajahku. Wajah kami hanya berjarak dua jengkal. “Lepaskan!” printahnya. Aku tertegun sejenak, tanpa membantah, aku melepaskan lengannya. Ezi tersenyum mengejek melirikku lalu menarik tangan Sky mendahului aku dan Tuan Morgan. Menyebalkan, tunggu pembalasanku! Saat tepat berjalan di depanku, aku menjegal kakinya. Sedetik kemudian dia terjerembab dan terpental. Reflek, Morgan dan Sky berlomba menagkapnya. Mata kedua lelaki itu saling beradu. Aneh, mengapa Tuan Morgan ikut-ikutan menolong perempuan bengis itu. Setelah menempuh hampir dua jam pejalanan di udara, akhirnya kami sampai di