Sesaat, ruangan menjadi hening, Aku menghindari kontak mata dengan Tuan Morgan. Bukan karena takut, tapi sebagai bentuk perlawananku atas keinginannya. “Duduk!” perintahnya. Aku menoleh dan mengangguk pelan sebagai ucapan terima kasih. Aku duduk tepat di depannya. Saat bergerak menuju kursi di depan Tuan Morgan, tubuhku kembali rileks. Sesaat aku menarik napas menguatkan mental menghadapinya. Aku tidak boleh kalah dalam negosiasi ini. Setelah merasa lebih baik, aku menatap matanya sejenak. Lalu beralih ke langit-langit atap. “Sungguh? Kau akan menjagaku dan mempertaruhkan nyawamu untukku?” “Tentu saja, aku dilatih seperti itu. Aku akan setia pada siapa yang membayarku.” “Bagus! Kalau begitu kita deal! Mulai hari ini, kau harus mengawalku kemana pun aku pergi, dan melakukan semua per