Selesai persidangan, Bayu merasa dipojokkan oleh saksi-saksi yang dihadirkan oleh Safira. Masing-masing bersaksi jika Bayu adalah pria yang mudah marah, selalu melihat kesalahan orang lain, bahkan mudah memecat pembantu atau pengasuh yang bekerja di rumahnya. Dalam pandangan Bayu orang yang dia pecat memang tidak memenuhi standarnya dalam bekerja, bukan karena dia tidak suka dengan orang itu. Namun, untuk urusan anak dia tidak pernah membentak anaknya sendiri. Apa yang dikatakan saksi bisa menjadi pertimbangan buat hakim untuk memutuskan kasus itu. Bayu keluar dari ruang sidang dengan perasaan kesal. Dia berjalan bersama pengacaranya meninggal gedung pengadilan. "Apa yang ada di pikiran Safira? Kenapa dia bisa ngumpulin pembantu dan pengasuh yang pernah kerja di rumah buat dibawa ke pen