Asa masih menatap tespek itu dengan takjub. Ia melihat dua garis merah di sana dan segera menyodorkannya pada Bumi. Ia tersenyum begitu lebar ketika Bumi membelalak. Bumi menatap tespek itu berlama-lama seolah ini adalah hal yang sangat ia inginkan. Lalu, Bumi mulai mengangkat dagunya. Ia bertemu tatap dengan Asa. "Sa, kamu hamil! Kamu hamiiil!" teriaknya. Asa tertawa kecil sembari mengangguk. Dalam sekejap, ia akhirnya masuk ke dekapan Bumi. Ia merasakan ciuman-ciuman Bumi di puncak kepala dan juga pipinya. Bumi tertawa-tawa pelan, tetapi perlahan tawa itu berubah menjadi isak haru. "Sa, ini nggak bohong, kan? Kamu beneran hamil anak aku?" Bumi melepaskan pelukan lalu menangkup pipi Asa. Asa jelas menggeleng. "Nggak bohong, dong. Kita bisa tes lagi kalau Mas nggak percaya." "Nggak,