Tiga hari berlalu setelah Asa bertemu pamannya. Ia bersyukur pamannya tidak menghubungi lagi. Ia sudah malu dengan Bumi. Jika sampai mereka menginginkan uang lagi, Bumi berkata akan melaporkan mereka atas tuduhan pemerasan. Mungkin, karena itu mereka tak berani lagi. Asa bisa lega karena masalah itu, tetapi kini ia mengalami hari yang berat. Mualnya bertambah parah dan ia lebih sering muntah di pagi hari, bahkan setelah makan terkadang ia juga harus muntah lagi. Kondisi itu membuat Bumi sangat cemas. "Minum anti mualnya, Sayang," kata Bumi. Asa baru saja muntah di wastafel dapur. Sarapan yang baru saja masuk ke perutnya terasa sia-sia. "Ehm, aku udah minum, Mas. Tapi ... hueek!" Asa kembali mengeluarkan isi perutnya. Ia terengah-engah sementara Bumi memijat tengkuknya. "Minum s**u, ya?