Asa baru saja menidurkan Langit siang itu. Ia membelai kepala Langit dengan penuh kasih lalu memberikan kecupan di pipinya dua kali. Tentu saja, ia melakukan itu dengan sangat hati-hati karena tak ingin putranya terbangun. Ia harus berangkat kuliah 30 menit lagi dan ia agak sedih jika tidak bisa berpamitan langsung dengan Langit. Namun apa daya, putranya sudah terlalu mengantuk. "Mbak, nanti tolong disuapi. Sudah saya siapkan makan siang di kulkas, tinggal diangetin. Udah aku kasih keterangan. Kalau nggak mau makan, coba kasih biskuit sama telur orak-arik aja. Biasanya mau. Sore tolong dikasih buah, ya. Saya pulang sore, sih. Tapi takut kena macet juga. Ehm ... ASInya juga udah saya kasih jadwal." "Baik, Bu. Tenang aja," sahut Lastri. Asa nyengir lebar. "Maaf, ya, Mbak. Saya cerewet ban