Danish Aku celingukan mencari Dea di cafe yang terletak tepat di depan kampus tempatku mengajar. Dea beneran jadi ikut bersamaku, karena dia bilang dia bosan di rumah dan tidak ingin menggagu konsentrasi Arfa yang katanya hari ini mau ke kampus lamaku lagi. “Mas Danish! Hallo! Aku di sini!” Senyumku langsung mengembang begitu melihat Dea sedang melambaikan tangan kepadaku. Saat ini Dea sedang duduk di meja yang terletak di ujung, dengan ponsel dan laptop di depannya. “Iya, aku ke situ,” balasku tanpa bersuara dan memilih untuk menggunakan gerak bibir saja. Baru saja aku hendak berjalan, tiba-tiba aku dihadang dua perempuan. Mau tak mau akhirnya aku berhenti. “Sore, Pak Danish,” sapa salah seorang dari mereka. “Iya, sore.”