Satu bulan kemudian... Dea Aku menatap cermin untuk yang kesekian kalinya, melihat penampilanku apakah sudah pas atau belum. “Mbak, nggak kemenoran kan ini?” “Enggak sama sekali mbak, malah menurutku ini terlalu sederhana dandanannya. Kalau Mbak Dea mau, aku mau kasih lipstik warna yg agak merah dikit soalnya yang tadi terlalu nude. Tapi kalau Mbak Dea nggak mau ya aku ikut aja. Tapi ya, asalnya Mbak Dea ini cantik, mau didandani kaya apa juga tetep cantik.” Mau tidak mau aku tersenyum ketika mendengar pujian itu keluar dari Mak Fela, petugas salon yang pagi ini aku sewa untuk mendandaniku ke acara wisuda. “Aslinya aku mau dandan sendiri, tapi nggak dibolehin sama suami, mbak. Katanya nanti kalau difoto takut pucat soalnya dia tahu kalau aku dandan pasti ala kada