Danish “Berapa hari nggak makan, Fa?” tanyaku sembari menuangkan air putih ke gelas yang ada di depan Arfa. Buat yang belum tahu, Arfa ini sepupuku jalur eyang. Eyangku dan eyangnya Arfa kakak adik. Juga, mamaku sahabatan sama mamanya Arfa. Pokoknya, kalau dipikir lagi, duniaku ini sempit sekali. Sekarang, tidak cukup sampai di situ. Ternyata Dea dan Arfa saling kenal. Mirisnya lagi, Dea tidak mengingatku tapi bisa mengingat Arfa. Dunia kadang memang sebercanda itu. “Lapar banget gue, Dan. Gara-gara lupa waktu, gue hampir ketinggalan pesawat. Eh untungnya kekejar. Tapi dasarnya apes, dompet gue malah kecolongan.” “Sukurin, siap-siap lo dimarahin abis-abisan sama Tante Ivi.” “Gue bakal tutup kuping ajalah. Mana mama sekalinya ngomel, seribu pa