Danish “Masih marah, De?” tanyaku malam itu ketika Dea masih terus mendiamkanku setelah aku mengerjainnya tadi sebelum dia mandi. “Tau ah!” Lagi dan lagi, Dea beringsut memunggungiku. Ngomong-ngomong saat ini kami masih di kamar menunggu jam setengah delapan untuk turun makan malam keluarga besar. Jadi gini, tadi sore ketika aku membawa Dea ke kamar mandi untuk mengajaknya mandi bareng, aku hanya bercanda saja. Sama seperti yang Dea bilang, menurutku mandi berdua bukannya lebih cepat justru malah membuat semuanya lebih lama. Karena ya itu, kalian pasti tahu kemana larinya isi pikiran kami. Memang kami ini buka pengantin baru lagi kalau dilihat dari jarak akad sampai saat ini, tapi mengingat kami barusaja ‘sah’ dimata banyak orang, terlebih lagi kami