“Mbak Dea!” senyumku langsung terbit begitu melihat siapa yang datang. Vina dengan senyum lebarnya, berdiri di ambang pintu. “Nggak usah berdiri, aku yang ke situ!” seru Vina begitu melihatku hendak berdiri menyambut kedatangannya. Vina menjatuhkan tas kecilnya begitu saja di sofa, lalu segera memelukku. “Kangen banget sama Mbak Dea, huhu! Maap baru bisa main Jogja lagi.” “Ih jangan gitu, Vin. Aku yang minta maaf belum bisa ke Jakarta.” “Nggak papa mbak, papa sama mama maklum kok.” Vina menggeser duduknya lalu dia menatap takjup perutku yang semakin lama semakin membuncit. “Vin, enak banget kamu main ninggalin aja koper sama ransel segede ini.” Tiba-tiba Mas Danish datang sambil menarik koper besar dan menggendong ransel yang juga