Faruq menunggu dengan harap-harap cemas di ruangan Dokter Ardi. Sementara rekannya itu masih berada di kamar mandi setelah menyambutnya tadi. Beberapa saat kemudian, dokter muda itu kembali. “Saya harus melakukan apa memangnya, Dok?” tanya Faruq langsung setelah Ardi masuk ruangan. Ardi hanya tersenyum simpul. “Sabar, Brother. Kita jarang ketemu, sekali ketemu bolehlah kita ngobrol dulu." Faruq hanya menggeleng, ikut tersenyum. “Wanita yang kamu temukan itu wanita ajaib menurut saya.” Ardi mengambil cangkir. Ia menuangkan kopi dan gula, kemudian menyeduhnya dengan air panas dari termos kecil. Diberikan satu untuk Faruq, satu untuknya sendiri. "Terima kasih. Ajaib? Maksudnya?" Faruq menerima sambil menunggu perkataan Ardi selanjutnya. “Saya berkata demikian sebab kamu harus tahu ka