“A-apa? Pendarahan?” Faruq memastikan. Setelah kehilangan banyak darah dari luka tu*sukan, sekarang pendarahan? Faruq benar-benar iba dengan wanita asing itu. “Iya. Sekarang kami sangat butuh transfusi darah untuk pasien. Mana, Pak?” tanya perawat itu lagi. Faruq bersedekap sambil memijat kening, bingung karena rekannya belum datang. “Ini, Sus. Dia saudara saya, kebetulan darahnya sama dengan Mrs. X.” Latifa menyahut. Ia berjalan cepat menghampiri Faruq dan perawat tersebut. Latifa menunjuk Alfian. Akhirnya, Faruq bernapas lega ketika Latifa datang. “Baiklah, mari ikut saya, Pak. Kami membutuhkan darah Bapak sekarang juga.” Alfian mengangguk. Ia berjalan cepat di belakang perawat untuk melakukan donor darah. Faruq terduduk di kursi. Entah mengapa, ia merasa gagal menyelamatkan nyawa