“Dia suka sama kamu. Dia cemburu saat kamu dilamar teman priamu yang kapan hari ke sini itu.” Perkataan Dewi membuat mata Zia membola. Zia menggeleng kuat. “Nggak. Nggak mungkin, Bu. Beliaunya saja yang terlampau benci sama saya. Itu cuma alasan.” “Zi, saya sudah seperti kakak baginya. Tadi malam dia sendiri yang bicara sama saya. Selama tiga tahun ini, dia tertutup masalah perasaan setelah istrinya meninggal. Saya tahu betul perubahan sikapnya. Saat memperlakukanmu dan Fariz memang terlihat beda. Perkataan pedas yang terucap, semata-mata karena dia kecewa pada diri sendiri kenapa sampai keduluan orang lain dan jalannya dengan mencoba membenci kamu agar perasaannya memudar.” Zia sudah sering mendengar ucapan serupa dari Yuli. Namun, ia tidak menyangka kalau perkataan itu juga terucap da