“Waalaikumussalam.” Tiga orang di dalam menjawab serentak. “Masyaallah. Ciptaan Allah yang luar biasa sempurna,” ujar Anggi lirih ketika melihat Faruq. Zia yang mendengar, mencubit pelan lengan sahabatnya itu. Anggi mengaduh sambil meringis. Faruq mendekati Fariz. Zia yang mengira pria itu akan memeriksa, ikut mendekat. “Bagaimana kondisinya?” tanya Faruq. Ia meletakkan kunci mobil di nakas. “Alhamdulillah kata perawat yang memeriksa tadi, suhu tubuhnya sudah stabil, Dok. Oh, ya. Kenalkan mereka teman saya yang tadi saya minta izin ke Dokter mau datang.” Zia melambaikan tangan ke Lukman dan Anggi. Keduanya mendekat. “Anggi, Mas Lukman. Beliau Dokter Faruq. Dokter yang menangani Fariz sekaligus pemilik yayasan di mana aku tinggal. Beliau juga yang sudah nolongin aku. Dan, Dok. Ini Ang