Zia benar-benar syok. Ia memijat keningnya sekilas dengan satu tangan. Wanita itu benar-benar tidak menyangka, Lukman akan melakukan hal sejauh itu. “Ehm. Aku udah kayak obat nyamuk aja di sini.” Anggi bersedekap sambil terkikik. “Seperti yang dulu aku katakan kalau aku suka sama kamu dan ingin serius sama kamu. Maaf kalau aku terkesan terburu-buru, aku hanya tidak mau keduluan orang lain. Zi, izinkan aku menjaga kamu dan Fariz,” ujar Lukman. Di dekapannya, Fariz telah tertidur. Zia masih diam. Ia bingung harus menjawab apa. “Aku nggak mau kalian hidup berdua saja di tengah gempuran masalah yang tengah kamu hadapi. Ada Satria yang sewaktu-waktu datang mengusik. Izinkan aku menjadi pelindung kalian.” “Mas Lukman, aku–“ Zia tidak bisa melanjutkan ucapan. Ia ingin menolak, tetapi bingung