"Pak, jangan bercanda!” ucap Zia dengan nada sedikit meninggi. “Apa saya pernah bercanda di saat sedang membahas hal serius? Apa saya terlihat bercanda?” Faruq balik bertanya. Ia menatap Zia penuh kesungguhan. "Zi, meskipun sakit, saya nekat datang ke sini memang ini tujuan saya. Karena mengambil cuti lagi itu nanti mungkin masih lama. Dan saya ingin mengikatmu agar kamu tidak lari lagi, tidak kabur lagi." "Pak, tapi ini pernikahan, loh, bukan permainan kelereng yang hanya sebuah permainan!" "Saya tahu tanpa kamu beritahu. Saya tidak sebodoh itu!" "Iya, tapi–" "Stop! Jangan bicara lagi. Oke?" Keluarga Zia hanya menatap bingung ke arah dua orang yang berdebat tersebut. “Ruq, jangan nekat kamu. Iya, nikah. Tapi, ya, tidak mendadak kayak gini. Semua butuh persiapan." Farah menyentuh p