Bahu Samira naik-turun menahan amarah. Tangannya mengepal kuat. Gadis itu lalu bangkit dan menatap kakak iparnya tajam. “Ngomong apa barusan? Coba ulangi lagi,” desis Samira. “Kamu nggak becus jaga ibu. Harusnya kamu bisa bertindak cepat. Bawa ke rumah sakit, kek. Kasihan ibu akhirnya meninggal. Ibu!” ujar Rosa drama sambil menangis buaya. Ia duduk di samping jasad sang ibu mertua. “Oh, kalau aku nggak becus, berarti Kak Rosa sama. Kakak juga nggak becus jaga mama Kakak sendiri. Kakak biarin malaikat maut nyabut nyawanya. Dasar anak nggak guna,” sindir Samira. Rosa meradang. Ia lalu berdiri di hadapan Samira tepat. “Beda. Mamaku meninggal karena memang waktunya. Dia juga koma. Kalau ibu, meninggal karena tekanan batin mikirin kelakuan mantan menantunya. Eh, udah gitu anak gadisnya kur