“A-apa! Kamu menalakku, Bang?” Satria masih menatap tajam tepat di mata sang istri. “Ya, aku sudah menyerah dengan pernikahan kita. Aku sudah tidak bisa lagi membuatmu menjadi istri, menantu, dan kakak ipar yang baik. Aku gagal membimbingmu. Aku gagal menjadi suami dan aku memilih menyerah.” “Aku salah apa lagi, hah?” "Kmu masih belum tahu salahmu? Lihat wanita agungku yang saat ini telah terbujur kaku." Satria menunjuk jenazah sang ibu. "Andai kamu tidak mematikan ponselku, setidaknya aku masih bisa melihat saat-saat terakhirnya." "Bukannya kita menikmati kebersamaan kita? Kamu masih bisa bilang aku salah?" Satria mencekal pergelangan tangan sang istri dan berjalan cepat. Ia tidak mau bertengkar di samping jenazah ibunya. Mau tidak mau, Rosa mengimbangi langkah lebar Satria dengan