Bab 15. Apa Anakku Cacat?

1166 Kata

“Aku masih waras. Aku cinta sebatas rasa hormat, nggak lebih. Kalau selama menikah aku selalu dibenci, diolok-olok, tidak mungkin di hatiku tumbuh rasa cinta sesungguhnya. Bagiku, definisi cinta itu rasa nyaman, damai, tenteram, dan saling menghargai. Aku tidak menerima semua itu dari Bang Satria. Mustahil aku bisa cinta dalam arti sebenarnya sama dia.” Anggi hanya mengangguk. “Baguslah kalo gitu.” “Apa aku harus datang ke pernikahan mereka, Nggi?” “Nggak usah! Nggak harus datang kalau kamu hanya ingin membuktikan kamu kuat. Move on, Beibeh. Hempaskan semua yang berhubungan sama Satria. Kamu sekarang wanita bebas yang bisa ke mana pun kamu suka. Saatnya menata hidup. Aku yakin kamu bisa bangkit. Pulih lebih cepat, bangkit lebih kuat!” “Berlagak. Dialogmu kayak HUT RI aja. Nggak pantes

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN