“Si-siapa kalian?” gagap Zia. “Saya Meri, Mbak. Ini suami saya, Zainal. Kami utusan dari Pak Faruq dan Bu Farah. Saya diminta menjemput Mbak Zia karena mereka masih sibuk.” Si wanita berbicara. Ponsel Meri berdering saat empunya sedang berbicara dengan Zia. Farah melakukan panggilan video call. Tidak butuh waktu lama, panggilan diangkat dan ponsel diberikan kepada Zia. “Zi, maaf saya nggak bisa jemput. Tadi mau berangkat, ada operasi darurat. Sudah saya kirim Meri sama Zainal untuk jemput kamu. Nanti biar mereka yang bawa kamu ke yayasan,” ujar Farah. Zia mengembuskan napas panjang. Ia sangat lega karena dua orang asing itu bukan orang jahat. “Baik, Bu. Terima kasih banyak sebelumnya. Maaf ... kalau terus merepotkan.” “Kamu memang selalu merepotkan. Enggak, bercanda. Sudah dilepas inf