Bab 76. Rasanya Sesak

1245 Kata

“Apa! Kamu buta, Bang? Ruangan ini sangat terang!” Rosa masuk bertepatan saat Satria mengeluhkan penglihatan. Rosa menaik-turunkan tangannya di depan wajah Satria. Satria tidak bereaksi hingga akhirnya menimpali ucapan sang istri. “Rosa, kamukah itu?” “Iya! Walaupun kita sedang perang dingin, kita masih suami istri. Jadi, aku masih peduli sama kamu.” Samira membuang muka sambil mencebik saat mendengar penuturan Rosa. Selama Satria di rumah sakit, Rosa sangat jarang datang. Hanya dua kali, itu pun tidak lama. Justru Samira yang tidak pernah pulang demi menunggui sang kakak. “Sebentar, ya, Bang. Aku ke perawat jaga dulu. Mau laporan Abang udah sadar.” Samira bangkit, lalu berjalan cepat keluar ruang inap. Rosa mengembuskan napas panjang. Ia menatap malas keadaan Satria yang memprihatin

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN