“Mas Lukman itu baik, tulus, perhatian, dan cocok dijadikan suami?” tanya Zia. Anggi mengangguk. "Betul sekali." "Dia pria idaman?" "Sangat tepat." "Selain itu, dia juga tampan rupawan?" "Seratus untuk mommy-nya Fariz." “Kalau begitu, kenapa nggak kamu aja yang nikah sama dia?” Kali ini Anggi melotot. “Heh! Sembarangan! Enggaklah. Orang dia sukanya sama kamu.” “Naah. Nggak mau, ‘kan? Aku juga gitu. Nggak mau sama dia. Nggi, cinta itu nggak bisa dipaksakan. Lihat pernikahanku sama Bang Satria? Kandas di tengah jalan karena nggak ada cinta. Jadi, jangan maksa aku lagi. Oke?” “Beda kasus, Zi. Gini. Kalau posisi sebagai wanita itu lebih baik dicintai. Kayak Mas Lukman cinta sama kamu. Dia akan menjadikanmu bidadari, ratu di hidupnya. Bakalan enak hidupmu. Kalau ada yang cinta mati sam